(foto ini diambil sesaat setelah hujan petir di Taman Bunga Nusantara)
Episode
pria 90
Ceilehhhh... gayanya.
Yang saya suka dari pria
ini adalah... dia baik. Orangnya juga jujur. Saya kenal juga agak lama, mungkin
sejak 2011 atau 2012 (*lupa). Sama halnya dengan pria 91, pria 90 ini pun saya
gak tau bagaimana awal bertemunya. Bagaimana kita saling beretegur sapa satu
sama lain, saya gak tau pasti.
Sebenarnya saya juga agak
suka sama pria ini, tapi kecintaan saya masih lebih banyak ke pria 91. Ada
beberapa hal yang membuat saya ragu akan dirinya. Memang sih dia baik, sopan,
saya juga agak banyak tau tentang keluarganya. Oiya, kita sama2 ngerti bahasa
Sunda. Ya. Dia orang Sunda, dan saya Jawa. Agak gak nyambung kalo ngomong sama
dia. Selera humor yang berbeda, tapi sumpah ganteng banget ini orang. Hidungnya
mancung. Pokoknya ganteng.
Sampai suatu ketika dia kadang baik banget sikapnya, saya
bingung dan takutnya memang salah mengartikan. Tapi jujur saya seneng kalo
diperhatikan sama ini orang. Saya pernah cerita ini ke mama saya, dan dia
menanggapi positif. Jujur, saya itu gampang tertarik dengan seseorang YANG
BAIK, SOPAN, PINTER, DEWASA, MUSLIM, PENGETAHUAN LUAS (*BTW INI GIMANA CARANYA
MATIIN CAPSLOCK).
Yup, jadi kalo ada cowok
baik terus IQ nya gak malu-maluin. Beuhhh, bawaannya pengen buru-buru
(buru-buru ngelarin ni tulisan biar bisa di posting maksudnya).
Ya, saya sebenernya pengen nulis banyak tentang pria 90 dan
pria 91 ini. Pengen sebut namanya juga, Cuma aduhh takut lah ya. Biarkan menjadi
misteri. Saya punya banyak cerita dengan pria 90 ini daripada pria 91 yang
kenal juga Cuma sebatas kenal doang. Pria 90 ini pernah ngajak pergi saya, oke
saya mau. Perginya sih sudah agak lamaan ya, sekitar 2 bulan yang lalu karena
ke suatu acara (acaranya apa? Saya rahasiakan demi keselamatan salahsatu
pihak). Ya, kita pernah pergi. Dan itupun menghadiri sebuah acara yang gak
penting. Sekali lagi, GAK PENTING.
Dan sejak kepergian kita ke tempat itu, sampe sekarang dia
gak pernah menghubungi saya. Saya bingung dong, “ini orang kenapa?”. Sumpah saya
gak ngelakuin kesalahan apa-apa. Ya kalo masalahnya saya waktu itu cantik, itu
bukan salah saya dong, sebelumnya saya pergi ke dukun pelet soalnya jadi wajar
kalo keliatan cantik *aapasih. Sebenernya agak kehilangan sosok dia sih, yang
biasanya kita curhat, ngomongin yang gak jelas, saling tanya, ya begitu lah
biasa orang chatting. Dan sebenernya juga pengen ngehubungi dia duluan Cuma ya
gimana, masih dikalahkan gengsi sayanya. Yaudah coba saya tunggu sampai kapan
dia akan menghubungi saya.
Dia good looking dan lebih ganteng dari sebelumnya bertemu,
ya kita sudah lama banget gak bertemu. Terakhir ketemu
dia itu, dia makan nasi dan sekarang dia makan beling (*tunggu dulu, ini orang
apa kuda lumping?). Yang saya paling ingat dari dia, adalah dia pernah memuji
saya. Dia bilang saya itu cantik. Oke, ini orang pasti mengidap kelainan
penyakit mata. Tapi sumpah saya seneng banget waktu itu, serasa melayang-layang
di udara kemudian nyangkut di tiang listrik setelah saya tau bahwa semua itu hanya imajinasi. betul. kebanyakan nonton eptipi sepertinya.
Saya gak tau ini orang, memuji serius atau enggak. Yang jelas
seneng banget, dia sukses bikin saya gak bisa tidur waktu itu (*iyalah malemnya
kan panas banget, banyak nyamuk lagi). Kadang dari kata-kata yang sederhana dan
menyenangkan, itu hati saya bisa luluh *eaaa.
Bencana muncul ketika saya tau bahwa kedua pria yang saya
sukai ini adalah jeng jengg jeng jeeengggggggg, “MEREKA BANYAK YANG MENYUKAI”.
Omaigat... Ahh sudahlah,
diriku terlahir tidak untuk dicintai dan mungkin hanya untuk mencintai. Sejak
ada masalah dengan para fans yang menyukai mereka, saya pun jaga jarak. Biarlah
mereka dengan dunianya dan saya tetap dengan blog saya. Saya merasa lebih hidup
disini...
Dari kedua kasus diatas,
saya belajar bahwa sebagai wanita kita harus lebih bisa menjaga perasaan dan
jangan sampai ada yang tau. Memendamnya akan jauh lebih baik. Tapi mengungkapkannya
alangkah jauh lebih baik, karena dengan begitu kamu bisa tau, bagaimana
sebenernya perasaan dia ke kita (kita? Maaf, saya masksudnya). Setelah
mengungkapkannya, hati itu plong banget. Tak peduli dia menolak atau menerima
tapi semuanya plong. Serasa beban 100 kg di pundak, ilang begitu saja. Tapi
bagi yang tidak kuat mental, jangan ditiru ya. Takutnya stres di kemudian hari,
kalo saya kan agak mudah menemukan kebahagiaan baru, jadi kalo di satu sisi
tidak bahagia, saya bisa menemukan kebahagiaan di sisi lain dengan aspek yang
berbeda. Sekiannn.... semoga tulisan ini sedikit dua dikit memberi pencerahan
dan manfaat dalam salahsatu sisinya...Aamiin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar