Selasa, 17 Januari 2017

Tentang hati...dan Perhatian eps 2





(foto ini diambil sesaat setelah hujan petir di Taman Bunga Nusantara)

Episode pria 90
Ceilehhhh... gayanya.
Yang saya suka dari pria ini adalah... dia baik. Orangnya juga jujur. Saya kenal juga agak lama, mungkin sejak 2011 atau 2012 (*lupa). Sama halnya dengan pria 91, pria 90 ini pun saya gak tau bagaimana awal bertemunya. Bagaimana kita saling beretegur sapa satu sama lain, saya gak tau pasti.
Sebenarnya saya juga agak suka sama pria ini, tapi kecintaan saya masih lebih banyak ke pria 91. Ada beberapa hal yang membuat saya ragu akan dirinya. Memang sih dia baik, sopan, saya juga agak banyak tau tentang keluarganya. Oiya, kita sama2 ngerti bahasa Sunda. Ya. Dia orang Sunda, dan saya Jawa. Agak gak nyambung kalo ngomong sama dia. Selera humor yang berbeda, tapi sumpah ganteng banget ini orang. Hidungnya mancung. Pokoknya ganteng.
          Sampai suatu ketika dia kadang baik banget sikapnya, saya bingung dan takutnya memang salah mengartikan. Tapi jujur saya seneng kalo diperhatikan sama ini orang. Saya pernah cerita ini ke mama saya, dan dia menanggapi positif. Jujur, saya itu gampang tertarik dengan seseorang YANG BAIK, SOPAN, PINTER, DEWASA, MUSLIM, PENGETAHUAN LUAS (*BTW INI GIMANA CARANYA MATIIN CAPSLOCK).
Yup, jadi kalo ada cowok baik terus IQ nya gak malu-maluin. Beuhhh, bawaannya pengen buru-buru (buru-buru ngelarin ni tulisan biar bisa di posting maksudnya).
          Ya, saya sebenernya pengen nulis banyak tentang pria 90 dan pria 91 ini. Pengen sebut namanya juga, Cuma aduhh takut lah ya. Biarkan menjadi misteri. Saya punya banyak cerita dengan pria 90 ini daripada pria 91 yang kenal juga Cuma sebatas kenal doang. Pria 90 ini pernah ngajak pergi saya, oke saya mau. Perginya sih sudah agak lamaan ya, sekitar 2 bulan yang lalu karena ke suatu acara (acaranya apa? Saya rahasiakan demi keselamatan salahsatu pihak). Ya, kita pernah pergi. Dan itupun menghadiri sebuah acara yang gak penting. Sekali lagi, GAK PENTING.
          Dan sejak kepergian kita ke tempat itu, sampe sekarang dia gak pernah menghubungi saya. Saya bingung dong, “ini orang kenapa?”. Sumpah saya gak ngelakuin kesalahan apa-apa. Ya kalo masalahnya saya waktu itu cantik, itu bukan salah saya dong, sebelumnya saya pergi ke dukun pelet soalnya jadi wajar kalo keliatan cantik *aapasih. Sebenernya agak kehilangan sosok dia sih, yang biasanya kita curhat, ngomongin yang gak jelas, saling tanya, ya begitu lah biasa orang chatting. Dan sebenernya juga pengen ngehubungi dia duluan Cuma ya gimana, masih dikalahkan gengsi sayanya. Yaudah coba saya tunggu sampai kapan dia akan menghubungi saya.
          Dia good looking dan lebih ganteng dari sebelumnya bertemu, ya kita sudah lama banget gak bertemu. Terakhir ketemu dia itu, dia makan nasi dan sekarang dia makan beling (*tunggu dulu, ini orang apa kuda lumping?). Yang saya paling ingat dari dia, adalah dia pernah memuji saya. Dia bilang saya itu cantik. Oke, ini orang pasti mengidap kelainan penyakit mata. Tapi sumpah saya seneng banget waktu itu, serasa melayang-layang di udara kemudian nyangkut di tiang listrik setelah saya tau bahwa semua itu hanya imajinasi. betul. kebanyakan nonton eptipi sepertinya.
          Saya gak tau ini orang, memuji serius atau enggak. Yang jelas seneng banget, dia sukses bikin saya gak bisa tidur waktu itu (*iyalah malemnya kan panas banget, banyak nyamuk lagi). Kadang dari kata-kata yang sederhana dan menyenangkan, itu hati saya bisa luluh *eaaa.
          Bencana muncul ketika saya tau bahwa kedua pria yang saya sukai ini adalah jeng jengg jeng jeeengggggggg, “MEREKA BANYAK YANG MENYUKAI”.
Omaigat... Ahh sudahlah, diriku terlahir tidak untuk dicintai dan mungkin hanya untuk mencintai. Sejak ada masalah dengan para fans yang menyukai mereka, saya pun jaga jarak. Biarlah mereka dengan dunianya dan saya tetap dengan blog saya. Saya merasa lebih hidup disini...

Dari kedua kasus diatas, saya belajar bahwa sebagai wanita kita harus lebih bisa menjaga perasaan dan jangan sampai ada yang tau. Memendamnya akan jauh lebih baik. Tapi mengungkapkannya alangkah jauh lebih baik, karena dengan begitu kamu bisa tau, bagaimana sebenernya perasaan dia ke kita (kita? Maaf, saya masksudnya). Setelah mengungkapkannya, hati itu plong banget. Tak peduli dia menolak atau menerima tapi semuanya plong. Serasa beban 100 kg di pundak, ilang begitu saja. Tapi bagi yang tidak kuat mental, jangan ditiru ya. Takutnya stres di kemudian hari, kalo saya kan agak mudah menemukan kebahagiaan baru, jadi kalo di satu sisi tidak bahagia, saya bisa menemukan kebahagiaan di sisi lain dengan aspek yang berbeda. Sekiannn.... semoga tulisan ini sedikit dua dikit memberi pencerahan dan manfaat dalam salahsatu sisinya...Aamiin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar