(Foto ini diambil sesaat setelah nyasar beberapa jam lamanya menuju ke Rumah Rani di Pahauran. Kanan ke Kiri (Widi Astuti, Rani Kamilatul Hasanah, Erna Susilawati, dan saya (Liah Hastuti))
Cinta...
Bagiku
adalah sesuatu yang sangat indah. Karunia Alloh swt untuk setiap umat di dunia
ini. Saya memang bukan seseorang yang berpengalaman untuk membicarakan tentang
cinta. Saya pernah mendapati situasi dimana saya teramat sangat menyukai
sesuatu. Ya. Untuk pertama kalinya saya jatuh hati kepada orang yang selama ini
tidak pernah dekat dengan saya sekalipun. Bagaimana dia, bagaimana kebiasaan
dia, apa yang dia sukai dan apa yang dia benci sama sekali saya tidak
mengetahuinya.
Suatu waktu
saya berharap supaya orang ini bisa mencintai saya. Tapi semua tidak berjalan
seperti layaknya FTV. Semuanya teramat tidak mungkin. Apa yang saya sukai dari
dia pun sama sekali saya tidak tau. Saya hanya melihat kedewasaannya. Saya pernah
menangis dan bahkan sering. Mengapa dia tidak menyukaiku. Entah apa yang saya
pikirkan. Sepertinya otak saya saat itu mulai tidak berfungsi. Menyukai sesuatu
dengan berlebihan. Padahal ini tidak diperbolehkan oleh islam.
Bertahun-tahun
saya mencoba menenangkan diri. Apa yang dia berikan kepada saya pun itu tidak
ada, tapi mengapa saya sedemikian menyukainya. Seolah tiada yang lain di dunia
ini. Hari ke hari hingga membentuk tahun, ya sudah 5 tahun saya menyukainya. Entah
kapan bayangannya akan meninggalkan setiap sudut ruang di otak dan hati ini. Saya
berharap ada keajaiban yang bisa menghapus namanya dari hati dan pikiran saya.
Hingga
detik ini pun yang saya imajinasikan hanya dia. Saya gak tau, mungkin memang
pantas ketika ada orang yang bilang saya ini gak punya harga diri. Ya. Bahkan saya
tidak tau bagaimana seseorang bisa dikatakan punya harga diri atau tidak. Tapi mungkin
pantas, karena saya hanyalah gadis tak punya dari keluarga yang tak punya,
hidup sederhana dan seadanya. Apa yang salah dari orang yang terlalu dalam
mencintai orang lain? Saya juga ingin berhenti. Andai ada mesin waktu, saat itu
tidak seharusnya saya memberikan semua perasaan padanya.
Alloh
swt itu maha membolak-balikkan hati. Ya. Saya berharap, suatu saat orang yang
saya maksud bisa menyukai saya apa adanya seperti saya menyukainya. Hingga saat
ini saya masih berpikir, jika kami suatu saat nanti dipertemukan kembali dalam
keadaan yang berbeda, jika kami masih sendiri, saya harap kita bersama. Jika suatu
saat dia sudah punya anak tapi duda, dan saya masih sendiri, saya masih mau
bersamanya. Betul. Tidak ada yang tidak mungkin. Tapi, semua itu sepertinya
tidak mungkin.
Selama
ini saya tidak ada masalah sama siapapun, saya punya banyak teman, bahkan ada
yang homo sekalipun saya biasa saja. Saya dapat satu pelajaran dari temen saya
yang homo ini, ya dalam homo itu gak hanya cowok dan cowok. Tapi di dalamnya
ada salahsatu yang berperan sebagai cewek meskipun dia cowok. Ya bisa dibilang
agak ngondek. Jadi, disana agak sulit untuk membedakan mana homo mana bencong. Oke
abaikan tentang homo-homo ini.
Saya pernah
ada masalah beberapa waktu lalu yaitu dengan mantan anak didik saya namanya
Yuwanti. Saya gak tau awalnya gimana. Yang jelas, Yuwanti ini kita dulu temenan
bahkan pernah sekelas. Tapi dulu, sifatnya ya biasa saja kayak pada umumnya
orang-orang berteman. Saya pernah ngajar kelas dia saat itu semester 6 mata
kuliah Paket Program Akuntansi.Tepatnya bulan Agustus 2016 dia pernah mengirim
pesan ke saya dengan sebutan “ANJING, BABI, CODOT, MONYET BETINA, IBLIS, SETAN,
KANG CIMOL, KANG BATAGOR, KANG MENYAN...” DUHH pokoknya parah banget, itu baru
pembuka. Isi pesannya duhh kalo dibaca bisa langsung bikin mata minus,
kejang-kejang dan bulu mata rontok. Ya. Kita temenan tapi sekalipun saya gak
pernah curhat bahkan ngobrolin hal-hal intens (apalagi hal-hal mistis) duh
enggak banget, jangankan curhat, duduk bareng sender-senderan aja gak pernah. Sikapnya
yang aneh sejak Agustus 2016 lalu itu mungkin disebabkan karena saya kirim
pesan ke temen deketnya yakni Sesanti. Ya, sama halnya kayak Yuwanti, saya juga
berteman ala kadarnya dengan Sesanti ini. Ceritanya begini (pura2 ada yang
baca), saya liat facebook saya di bagian facebook kan biasanya ada tulisan “orang
yang mungkin anda kenal”, nahh muncullah nama Sesanti. Oke dia temen saya. Saya
add dong, setelah sekian lama kok gak accept pertemanan saya. Saya penasaran
saja, dia pakai poto profil bayi. Ya ternyata dia sudah menikah. Saya sengaja
inbox dia begini “Sesanti, accept dong plisss”. Niatnya mau tanya, kapan nikah
dan kapan punya anak, ya basa-basi lah ya. Itu sebelum ada kejadian dapet inbox
dari si Yuwanti. Selang beberapa waktu, kemungkinan besar si Sesanti ini ngadu
ke temen karibnya alias Yuwanti, mungkin bilang apa yang aneh-aneh kali ya saya
gak tau juga. Buktinya si Yuwanti langsung muncul di inbox facebook dengan
kata-kata yang super duper ‘greget’ banget.
Kata-katanya
gini “Ehh codot (entah codot atau babi atau anjing, gue lupa nama panggilan gue
waktu itu)!! Ngapain lu nge-add fb temen gue, lu mau nyari tau tentang gue ya?
Lu mau usik kehidupan gue yang udah bisa tenang?” kata Yuwanti.
Busettttt,
dia gak tau maksud dan tujuan saya mau apa. Oke dengan ibox dia yang panjang lebar
dikali tinggi pangkat dua, gue males. Fix. Gue gak ladenin.
Selang
beberapa hari, saya dapat telepon di whatsapp sama Pak Yogi. Pak yogi itu
siapa? Dia adalah mantan partner saya dulu, dulu dia dosen dan asisten, kami
ngajar kelasnya Yuwanti. Betul pemirsa. kami mantan tenaga didiknya Yuwanti.
Pak yogi awalnya kirim pesan, saat itu saya sedang di Kota Tua tepatnya di
Asemka sekitar jam 2 atau jam 3 sore. Sengaja saya gak balas. Saya berpikir,
ahh gak penting. Saya juga lagi sibuk nyeker, kaki saya lecet sodara-sodara
karena saya jalan ke Asemka pake sepatu gratisan dari customer, padahal merknya
Y*ngki K*maladi. Ya kaki saya lecet, kalo bahasa jawanya “sikile mlentung”. Waktu
itu saya mutusin buat nyeker, sumpah saya nyeker di Asemka sambil nenteng
sepatu berharap ada penjual sendal eceran disana. Oke balik lagi ke cerita
tentang pak Yogi. Begitu dapat WA yang isinya “Liah, angkat donggg penting?”
Saya (dengan wajah
biasa saja),saya balas WA “ada apa pak? Menyangkut masalah saya kah?” maksa
bales dengan huruf yang seadanya.
Pak Yogi balas “Saya
juga gak bakal telepon kalo gak penting”.
Saya masih tetep
ngeyel gak mau angkat telepon. Saya paling gak suka kalo telepon di tempat
umum, suaranya campur aduk, ada suara knalpot bajaj, metromini, belom lagi
suara kernet kopaja. Aduhhh .Gak deh.
Lalu saya putuskan
buat balas begini “Nanti pak saya lagi di jalan”. Singkat, padat dan gak jelas.
Faktanya, saat itu saya lagi gak di jalan, saya lagi menyusuri tempat2
asesoris, waktu itu saya lagi nyari souvenir buat acara pernikahan. Pernikahan siapa?
Jangan ditanya. Ok. Dan setelah itu saya juga dapat pesan BBM dari salah satu
dosen BSI juga namanya Ibu Yusnia Budiarti,M.Kom lebih dikenal dengan nama Bu
Nia.Bu Nia ini juga menanyakan kepada saya, tentang Yuwanti. Saya Jawab “Saya
kenal, bu” dengan kondisi dimana saya belum tau ada masalah apa dan megapa
semua orang menanyakan Yuwanti kepada saya. Dan saya masih lanjut keliling
asemka mencari-cari jomblo kaya (maaf, cari suveniran maksudnya).
Sampe di rumah, kembali saya WA pak
yogi, saya telepon. Dan.....jeng jeng jeng...ternyata ngomongin Yuwanti. Beuhhhhhh!!!!
Jadi suruh buru2 angkat telepon Cuma buat ngomongin Yuwanti? Hadeh. Langsung down.
Oke telinga saya saya paksa untuk mendengarkan. Dan perlahan cerita, intinya
kenal sama Yuwanti gak. Ya saya jawab, saya kenal. Terus Pak Yogi cerita, bilang
kalau Yuwanti sudah mencemarkan nama baik beberapa dosen dari Kampus saya. Diantaranya
Ibu Ratna Setyaningsih, Ibu Herlina Ferliyanti, Pak Syukron Sazly, duhh
pokoknya banyak. Saya hanya denger itu saja, bahkan pak Yogi juga sempet
dijeleki2in juga.
Jadi intinya, Yuwanti ini bikin cerita
di facebook, tentang masalah percintaan diantara dosen2 yang saya sebutkan
tadi. Dan isinya, aduhhh.... saya yakin itu gak akan dilakukan oleh orang yang
masih bisa menggunakan pemikirannya dengan baik. Ada tentang hypersex segala,
terus bilang ada yang cemburu sama Yuwanti, dan bagi siapa yang kuliah di BSI
Cengkareng dan tau nama-nama dosen yang saya sebutkan di atas, JANGAN PERCAYA
dengan berita buruk yang sudah dilakukan oleh salahsatu pihak. Semua adalah
hoax. Hanya rekayasa. Saya yakin Yuwanti ini berbakat jadi penulis, buat bikin
pilem-pilem keren di Indonesia. Saya bukan membela atau bagaimana, ya logikanya
sekarang masa iya ada dosen yang sibuk ngurusin urusan pribadi mahasiswanya. Gak
logis banget.
Beberapa hari
terlewati, dan.... sekarang giliran saya yang dibuatkan cerita oleh Yuwanti,
saya dan Pak Yogi tentunya. Ya, dia upload foto tentang saya dan Pak Yogi di
facebook dan bikin cerita kalo kita itu istilahnya kasih tak sampai. Saya bersyukur,
dia (Yuwanti)gak kenal sama orang yang saya sukai, kalo kenal, duhhh matilah
saya.
Saya berusaha
menanggapi biasa saja, tapi sebagai manusia yang normal, makan nasi dan minum
air, lama-lama saya gerah (tanduk pun muncul dikepala beserta taring dan kuku
tajam (ini saya berubah jadi apa coba -___-), saya balas ke Yuwanti begini “Kamu
itu ngomong opppooooooo?”. Aku bales begitu doang, dan dia bales sampe ratusan
halaman, kalo di print bisa jadi berapa eksemplar saya gak tau. Gilaaaa, saya
mulai berfikir mungkinkan Yuwanti ini ada mengalami depresi yang begitu hebat,
stres berkepanjangan yang akhirnya membuat dia seperti ini, saya gak tau pasti
yang jelas ini bukan Yuwanti yang saya kenal sebelumnya. Akhirnya kita diemin
sekian lama, kita biarkan, anggap saja kita selalu dapat notifikasi isi ulang
pulsa gratis. Biarin aja. Lama-kelamaan dia makin menjadi, kayaknya gatel
dengan semua unek-unek yang ada di kepala (ini unek2 apa ketombe). Saya berpikir,
mungkinkah awalnya adalah karena Pak Yogi? Mungkinkah Yuwanti menyukai Pak Yogi
tapi tak mampu mengungkapkannya? Mungkinkah dia depresi karena tidak memiliki
keberanian untuk mengatakannya langsung kepada pak yogi? Saya tak tau pasti. Mengapa
saya bisa beranggapan demikian? Karena dari awal kasus ini mencuat (ceeileeh
kayak berita selebritis), dia selalu menyebut nama Pak Yogi. Ada dua
kemungkinan mengapa seseorang sering menyebut nama seseorang lainnya. Yang pertama,
terlalu cinta. Yang kedua, terlalu benci. Dan mengapa saya mengatakan kalau
Yuwanti ini mencintai Pak Yogi, karena sejak masih mengajar kelas Yuwanti, Pak
Yogi sering cerita kalau Yuwanti ini sering menghubunginya dan bahkan meramalnya.
Sering curhat dan sering chatting lah pokoknya. Bahkan gelang yang dipake pak
Yogi pun sempat mau diminta sama Yuwanti. Saya gak tau esensinya dimana, gelap.
Yang saya khawatirkan adalah, saya
khawatir Yuwanti menjadi seperti ini karena meluapkan perasaan akibat ditolak
oleh pak Yogi. Semoga bukan karena ini. Dan karena melihat kondisi Yuwanti
seperti ini, saya berpikir mungkin kata-kata yang pak Yogi sampaikan ketika
menolak dia ini agak2 kasar atau menyakitkan, saya gak tau pasti. Demi menjaga
keselamatan salah satu pihak, saya terpaksa memblokir Yuwanti di facebook dan
bbm. Saya gak mau melihat kata-katanya yang sadis. Saat itu, saya dan para
dosen hampir bergegas ke Kantor Polisi untuk mengadukan kasus pencemaran nama
baik dengan beragam bukti hasil screenshot di media sosial. Lama-lama kami
berpikir, mungkinkah kantor polisi mau mepidanakan seseorang yang mengalami
gangguan semacam depresi, oke! Semua itu kami rasa hanya akan membuang waktu,
tenaga dan materi. Kami putuskan untuk mundur, ya mau Yuwanti gimana2 kami
berharap dia bisa sembuh dari depresinya saat ini.
Dari sana saya belajar, mungkin
Yuwanti semacam terlalu menginginkan sesuatu, disini mungkin terlalu
menginginkan Pak Yogi. Karena dari beberapa kasus, dia selalu menyebut nama Pak
Yogi. Dari postingannya juga saya merasa kok Yuwanti agak cemburu mungkin
dengan saya, karena saya bisa dekat dengan pak Yogi. Ya mungkin belum banyak
yang tau kalo saya dan Pak Yogi ini memang cukup akrab, dan ya kompak2 saja. Kita
deket tapi gak ada hubungan apa2, mungkin ada beberapa pihak yang mengartikan
lain dengan kedekatan kami, tapi semua itu hanya gosip. Saya dan pak Yogi hanya
sebatas partner saja dulu ketika kami masih dibawah langit yang sama *eaaaa.
Intinya sekarang, ya
kalo misalkan ada beberapa pihak yang membaca dan kenal dengan salahsatu tokoh
diatas (nama-nama yang saya tuangkan adalah yang sebenarnya dan tidak ada maksud
menjelek2an satu sama lain), ini adalah cerita fakta yang terjadi di lingkungan
BSI Cengkareng beberapa waktu yang lalu. Saya tidak bermaksud untuk menjelek2an
siapapun. Jika ada yang salah dalam tulisan ini, saya mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Semua ini hanyalah penggalan cerita yang ingin saya bagikan.
Dari sini saya
khawatir, saya akan mengalami hal yang sama ketika teramat sangat menginginkan
seseorang yang sangat saya cintai...